Dinas Perikanan Buol Siapkan Revolusi Budidaya Udang: TPI Modern & Tambak Intensif Dibangun 2026



Buol, 13 Oktober 2025 — Sektor perikanan Kabupaten Buol kian menunjukkan prospek cerah sebagai penopang Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya melalui pengembangan budidaya udang vannamei. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Buol, Dr. Tonang Mallongi, S.Pd., M.A, mengungkapkan optimisme besar bahwa budidaya udang vannamei dapat menjadi sumber pemasukan signifikan bagi daerah jika dikelola secara profesional dan didukung pendanaan modal produksi.

Hal itu disampaikan Dr. Tonang saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/10/2025). Menurutnya, pemerintah pusat tengah melakukan efisiensi anggaran, sehingga daerah dituntut lebih kreatif memaksimalkan potensi lokal. Salah satunya melalui sektor perikanan yang selama ini memiliki kontribusi, namun belum optimal.


Target PAD dari Perikanan Masih Belum Maksimal

Setiap tahun, Dinas Perikanan Buol diberikan target PAD melalui retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan penjualan hasil produksi usaha daerah. Namun, keterbatasan sarana dan prasarana menyebabkan target belum tercapai optimal.

“Di Buol belum ada TPI. Tahun 2026 kita sudah usulkan pembangunan TPI terintegrasi dengan pabrik es, cold storage, dan dermaga tambatan perahu melalui APBN,” ungkap Dr. Tonang.

Selain itu, pemerintah juga tengah mengidentifikasi dan membenahi tambak-tambak rakyat agar dapat kembali berproduksi, termasuk rencana penyertaan modal usaha untuk menggerakkan kembali produksi udang vannamei.

Budidaya Udang Vannamei: Peluang Emas Buol

Kabupaten Buol memiliki garis pantai ±160 km yang tersebar di delapan kecamatan, menjadikannya wilayah yang sangat potensial untuk budidaya udang vannamei. Selain pasar ekspor, kebutuhan domestik untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh SPPG Buol memastikan tersedianya pasar tetap. Pemerintah mendorong pasokan protein lauk udang minimal 2–3 kali per minggu untuk mendukung gizi anak daerah.

Terdapat 3225 hektar lahan tambak potensial, namun baru sekitar 662 hektar yang dikelola. Meski demikian, masih banyak kendala seperti ketersediaan benur, pakan, hingga obat-obatan. Dinas Perikanan juga memiliki Balai Benih Ikan (BBI) Morombue dengan fasilitas hatchery dan kolam bioflok sebagai pilot project.

“Kita dorong produksi untuk PAD. Dengan APBD dan APBN, kita bisa kelola tambak sendiri. Hasilnya masuk PAD melalui penjualan udang produksi daerah,” tegasnya.

Analisa Ekonomi Budidaya Udang

Investasi pembuatan tambak intensif 1 hektar ditaksir mencapai Rp800 juta (modal awal + operasional siklus pertama). Dalam satu siklus produksi 3–4 bulan, dengan padat tebar 2 juta benur/hektar, panen dapat mencapai 20–40 ton udang vannamei.

Dengan kisaran harga jual:

Ukuran 100–120 ekor/kg → Rp50–60 ribu/kg, Ukuran 60–80 ekor/kg → Rp70–90 ribu/kg, Ukuran 30–40 ekor/kg → Rp100–120 ribu/kg
Maka nilai produksi per siklus mencapai Rp1,2 miliar hingga Rp2,4 miliar/hektar.

Langkah Strategis Dinas Perikanan

Pembangunan TPI terintegrasi (pabrik es, cold storage, dermaga perahu), Pelatihan SDM budidaya, biosekuriti, dan manajemen pakan, Kemitraan dengan investor, skema KPBU, Penguatan pasar ekspor, Teknologi bioflok & tambak modern, Pengelolaan lingkungan tambak berkelanjutan, Diversifikasi produk untuk stabilitas harga

Harapan & Komitmen Bersama

Dr. Tonang menegaskan bahwa target untuk menyumbang PAD hingga Rp1 miliar/tahun bukan angan-angan.

“Target Rp1 miliar setahun bukan mimpi. Dengan komitmen, kerja tim, dan dukungan pendanaan produksi, kita bisa capai bahkan melampaui,” ujarnya.

Ia juga memberi apresiasi pada semua jajaran ASN dan PHL Dinas Perikanan yang dinilai solid bekerja mewujudkan kemandirian fiskal daerah.

 “Ini bukan kerja kepala dinas saja, tetapi komitmen seluruh tim. Kita ingin menunjukkan bahwa sektor perikanan Buol bisa menjadi pilar ekonomi daerah.”

Editor : Syam Manto 


Lebih baru Lebih lama