JURNALNUSANTARA.ID, Buol – Kegiatan Car Free Day (CFD) yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Porapar) Kabupaten Buol kali ini terasa lebih istimewa dengan hadirnya stan dari Lapas Kelas III Leok. Dalam kesempatan tersebut, Lapas Leok menampilkan berbagai hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan yang dibuat dari limbah kayu, menarik perhatian para peserta CFD yang hadir. (02/02/2025)
Produk-produk yang dipamerkan antara lain meja, kursi santai, asbak, baki, tempat tisu, holder HP, hingga pedang hiasan. Karya-karya ini tidak hanya unik dan menarik, tetapi juga menunjukkan keterampilan serta kreativitas para warga binaan dalam mengolah bahan yang sebelumnya tidak terpakai menjadi barang bernilai jual tinggi.
Kepala Sub Seksi Binaan Lapas Kelas III Leok, Yusran, menjelaskan bahwa seluruh produk yang dipamerkan merupakan hasil kerja keras para narapidana yang ingin menunjukkan bahwa mereka tetap bisa produktif meskipun berada dalam lingkungan lapas.
"Hari ini, kami menampilkan beberapa produk hasil karya warga binaan Lapas Kelas III Leok. Semua produk ini dibuat dari limbah kayu yang merupakan hasil bumi Kabupaten Buol. Dengan keterampilan yang mereka miliki, warga binaan mampu mengubah bahan tersebut menjadi barang bernilai jual. Kami berharap masyarakat dapat menerima dan menghargai hasil karya ini," ujar Yusran.
Ia juga menegaskan bahwa keberadaan warga binaan di dalam lapas bukan berarti mereka kehilangan kemampuan untuk berkarya. Sebaliknya, mereka terus mengembangkan keterampilan yang dapat menjadi bekal kehidupan setelah bebas nanti.
"Kami berkarya di tempat yang terbatas, tapi tidak dengan pikiran yang terbatas," tambahnya dengan penuh semangat.
Di tempat terpisah, Kepala Lapas Kelas III Leok, Galih Setyo Nugroho, juga menyampaikan dukungannya terhadap keterlibatan warga binaan dalam CFD ini. Ia menilai bahwa CFD bukan hanya ajang olahraga dan rekreasi, tetapi juga sarana efektif untuk memperkenalkan produk-produk kreatif dari berbagai pelaku usaha, termasuk hasil karya warga binaan.
"Kami sangat mendukung kegiatan CFD ini agar bisa berjalan secara rutin setiap minggu. Dengan semakin banyaknya peserta yang hadir dan UMKM yang berpartisipasi, maka daya beli masyarakat juga akan meningkat. Bagi Lapas Leok, ini adalah kesempatan besar untuk menunjukkan bahwa warga binaan kami juga memiliki keterampilan dan bisa menghasilkan produk yang bernilai jual," ujarnya.
Keikutsertaan Lapas Leok dalam CFD diharapkan dapat mengubah stigma masyarakat terhadap para narapidana. Dengan hasil karya yang mereka produksi, warga binaan membuktikan bahwa mereka tetap bisa berkontribusi bagi masyarakat, bahkan sebelum mereka bebas.
Selain itu, kegiatan ini juga membuka peluang bagi produk-produk kerajinan warga binaan untuk lebih dikenal luas dan memiliki pasar yang lebih besar. Dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah, diharapkan produk-produk ini dapat berkembang menjadi usaha berkelanjutan yang memberikan manfaat ekonomi bagi warga binaan setelah mereka kembali ke masyarakat.
“CFD bukan hanya sekadar ajang olahraga dan rekreasi, tetapi juga menjadi wadah bagi kreativitas dan inovasi, termasuk dari para warga binaan. Kami berharap masyarakat semakin terbuka dan mendukung karya-karya mereka,” tutup Galih Setyo Nugroho.
Liputan: Syam Manto